BAHAN PRAKTIKUM LABORATORIUM UDARA:
1. PARTICULATE
MATTER 10 (PM 10)
LOW VOLUME SAMPLER (LVS)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Agar praktikan dapat mengoperasikan alat LVS sesuai dengan prosedur
pratikum;
2. Mengukur kondisi meteorogi terkait dengan
perhitungan konsentrasi partikulat;
- Mengetahui konsentrasi partikulat tersuspensi yang berukuran kecil dari 10 µm (10 pm).
1.2 Metode
Percobaan
Metode
yang digunakan adalah adsorbsi pada permukaan filter.
1.3 Prinsip Pengukuran
1.
Udara dihisap melalui filter fiber glass dengan kecepatan aliran
uadara (flow rate) 20 L/mnt. Dengan
rentang kecepatan aliran udara tersebut, partikulat yang berukuran < 10 µm
(diameter aerodinamik) akan tertahan dan menempel pada permukaan filter;
2.
Partikulat yang berukuran besar
dari 10 µm akan mengendap pada sekat-sekat elutriator,
sehingga partikulat yang akan tertahan pada permukaan filter hanya yang
berukuran 10 µm;
3.
Metode ini digunakan untuk
mengukur pm10 di udara ambient dengan satuan 10 µg/m3,
dengan cara menimbang berat partikel yang tertahan di permukaan filter dan
menghitung volume udara yang terhisap;
4.
Selain menentukan konsentrasi
partikulat, filter hasil sampling juga dapat digunakan untuk mengetahui
komposisi kimia yang terkandung dalam partikulat tersebut. Misal: sulfat,
nitrat, ammonium, Cl, dan elemen
logam.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Partikulat
adalah bentuk dari padatan atau cairan dengan ukuran molekul tunggal lebih
besar dari 0,002 mikrometer tetapi lebih kecil dari 500 mikrometer yang
tersuspensi di atmosfer pada kondisi
normal. Partikulat dapat berupa asap, debu dan uap yang
dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping mengganggu
estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem
pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan
paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas.
PM10
merupakan salah satu pencemaran berbentuk partikulat. PM10 adalah material yang terdispersi di
udara, baik berbentuk padat maupun cair yang berukuran kecil dari 10 mm. PM10 terdiri dari partikel halus
berukuran kecil dari 2,5 mm dan sebagian partikel kasar
berukuran 2,5 sampai 10 mm. Sumber (PM10) berbeda untuk setiap daerah,
tergantung dari aktivitas di daerah tersebut.
Particulate matter adalah polutan berupa
partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu
komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan.
PM dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu (Zaini, 2008):
·
Coarse PM
Coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 mm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau
kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel
seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru
(trakhebronakial).
·
Fine PM (< 2,5 mm)
·
Ultrafine (< 0,1 mm)
Fine PM dan ultrafine berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil dapat dengan mudah terdeposit dalam unit terkecil saluran
pernapasan (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistematik.
PM10
dapat berupa (Anonymous
A, tanpa tahun):
·
asap,
kotoran dan debu dari pabrik, pertanian, dan jalan;
·
jamur,
spora, dan serbuk sari.
Sumber PM10:
·
Pembakaran bahan bakar minyak,
(gasoline, diesel fuel);
·
Pencampuran dan penggunaan
pupuk dan pestisida;
·
Konstruksi, proses-proses
industri seperti pembuatan besi dan baja;
·
Pertambangan;
·
Pembakaran sisa pertanian
(jerami);
·
Kebakaran hutan.
PM10 menyebabkan dampak merugikan dalam hal:
·
Kesehatan masyarakat;
·
Penurunan visibilitas;
·
Kerusakan estetika.
Dari studi yang
dilakukan baru-baru ini, PM10 yang terpapar pada orang-orang yang
sudah memiliki penyakit jantung dan paru-paru, terutama orang tua dapat
menyebabkan kematian dini. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan
akan disisihkan tergantung dari diameternya. Partikel berukuran besar akan
tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan masuk ke paru-paru dan
bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama. Partikel inhalable adalah partikel dengan diameter di bawah 10 µm (PM10).
PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan
oleh penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3
dapat menurunkan fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi
350 µg/m3 dapat memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas
dari partikel inhalable tergantung
dari komposisinya ( .
Langkah-langkah
untuk mengurangi polusi PM10 (:
·
Clean Air Act yang dibuat
oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran
udara;
· Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan
dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel
Cell dan Solar Cell;
·
Menghemat
energi yang digunakan;
·
Menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal;
· Yang terpenting adalah untuk menumbuhkan
kesadaran diri kita akan pentingnya lingkungan hidup yang sehat.
Partikel inhalable adalah partikel dengan
diameter di bawah 10 µm (PM10). PM10 diketahui dapat
meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan
pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan fungsi
paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat
memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable tergantung dari komposisinya ( .
Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang
terdiri atas partikel– partikel padat cair. Ukuran partikel dari 100 mikron hingga
kurang dari 0,01 mikron. Terdapat hubungan antara ukuran partikel polutan
dengan sumbernya. Partikel sebagai
pencemar udara mempunyai waktu hidup yaitu pada saat partikel masih
melayang-layang sebagai pencemar di duara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup
partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan
kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel
serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Partikel debu
dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu debu organik, debu mineral, dan debu metal.
Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu dipengaruhi
oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di permukaan bumi.
Partikel debu juga dapat membentuk “flok” sehingga ukurannya menjadi lebih
besar permukaannya cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini membuat ukurannya
menjadi lebih besar sehingga memudahkan proses pengendapannya di permukaan bumi
dengan bantuan gaya tarik bumi. Partikel debu dengan diameter 1 milimikron
mempunyai kemampuan untuk menghamburkan sinar matahari.
Partikulat
digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair atau padat yang tersebar di
udara dengan ukuran 0,001 µm sampai 500 µm. Partikulat mengandung zat-zat
organik maupun zat-zat non organik yang terbentuk dari berbagai macam materi
dan bahan kimia. Ukuran partikel dapat menggambarkan seberapa jauh partikel
dapat terbawa angin, efek yang ditimbulkannya, sumber pencemarannya dan lamanya
masa tinggal partikel di udara.
Berdasarkan
lamanya partikel tersuspensi di udara dan rentang ukurannya, partikel dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu dust fall (setteable particulate) dan suspended
particulate matter (SPM). Dust fall adalah partikel berbentuk lebih besar dari
10 µm. SPM adalah partikel yang ukurannya lebih kecil dari 10µm dan
keberadaannya terutama berasal dari proses industri dan pembakaran.
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
3.1 Alat – alat yang digunakan:
- Face plate panda bagian elutriator ;
- Elutriator;
- Motor pompa vakum;
- Tripod;
- Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg;
- Filter ;
- Pinset;
- Kompas, untuk penentuan arah angin;
- Hygrothermometer, sebagai pengukur suhu dan kelembapan;
- Barometer, untuk pengukur tekanan udara;
- Desikator, yang digunakan untuk mengkondisikan filter selama minimal 24 jam sebelum dan setelah sampling dilkaukuan.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Sebelum praktikum
·
Bersihkan
filter yang digunakan dengan menggunakan sikat kecil;
·
Filter
dikondisikan selama 24 jam, kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik (pemberian nomor panda filter dilakukan sebelum penimbangan). Sebelum
sampling dilakukan filter tidak boleh dilipat;
·
Setelah ditimbang letakkan
filter di dalam file box yang telah
diisi silica gel dan dilapisi kertas
atau alumunium foil;
·
Tutup
rapat file box dengan selotip, agar
uap air tidak masuk
3.2.2 Pada Saat
Praktikum
·
Siapkan sumber arus listrik,
pastikan voltase sumber arus listrik sama
dengan voltase sumber arus alat;
·
Pasang tripod setinggi 1–1,5 m sebagai tempat untuk meletakkan elutriator;
·
Pasang
filter dengan rapi diantara face plate
yang terletak pada slang yang akan menghubungkan elutriator dengan pompa vakum;
·
Hidupkan LVS dan atur laju
aliran sampai 20 l/mnt;
·
Catat
kecepatan aliran udara setelah alat hidup 5 menit, biarkan sampling berlangsung
selama 1 jam;
·
Catat
kondisi meteorologi ( suhu, tekanan udara, kelembapan udara, arah, dan
kecepatan angin) minimal setiap 10 menit, dan bila sampling berakhir catat kembali laju aliran udara;
·
Setelah
praktikum berakhir matikan LVS, face
plate dibuka, filter dikeluarkan, filter dilipat sedemikian rupa sehingga
bagian yang mengandung partikulat saling berhadapan;
·
Masukkan filter kedalam
plastik;
·
Kondisikan filter selama 24
jam.
3.2.3 Setelah Praktikum
Ø Timbang filter yang telah dikondisikan
minimal 3 kali pengukuran untuk masing masing filter.
Perhitungan :
Konversikan kecepatan aliran udara dari cuft menjadi m3/mnt.
Volume udara yang dihisap
Dimana:
V : volume udara yang terhisap (m3)
Q1: kecepatan aliran udara awal (m3/mnt)
Q2: kecepatan aliran udara akhir (m3/mnt)
T : waktu sampling
(mnt)
N : jumlah data
pengukuran
Volume STP
Dimana :
Pstp : tekanan standar ( 1atm/760 mmHg)
Vstp : volume standar
Tstp : suhu standar (250C/298 0K)
Hitung
Konsentrasi Partikulat Tersuspensi
Dimana:
C : konsentrasi partikulat tersuspensi ( µg/m3)
Ws : berat filter fibber glass setelah
sampling (g)
Wo : berat filter fibber glass sebelum
sampling (g)
106 : konversi dari g menjadi µg
Konversi sampling menjadi 24 jam
Dimana:
C = konsentrasi partikulat tersuspensi
t = Waktu
2. PENGUKURAN
GAS
IMPINGER
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Agar praktikan dapat mengoperasikan impinger sesuai dengan prosedur pratikum;
2. Mengukur kondisi meteorogi terkait dengan
perhitungan konsentrasi pencemar gas;
3. Mengetahui konsentrasi gas
NO2, SO2 dan O3 di udara ambien.
1.2 Metode Percobaan
Metode yang
digunakan adalah absorbsi gas oleh
absorban.
1.3 Prinsip Pengukuran
1.
Udara dihisap oleh pompa vakum
dengan laju aliran tertentu yang menyebabkan tekanan udara di tabung impinger lebih rendah dari tekanan udara
luar. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya gelembung udara yang
melewati absorban;
2.
Pada saat terjadinya gelembung
udara, zat pencemar gas akan diserap oleh absorban;
3.
Jenis pencemar yang diserap
sesuai absorban yang digunakan;
4.
Penyerapan zat pencemar
menyebabkan perbedaan warna pada absorban;
5.
Perbedaan warna tersebut diukur
dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran lingkungan merupakan peristiwa
penyebaran suatu zat dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan seimbang
pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga menganggu
kesejahteraan manusia. Salah satu pencemaran lingkungan yang sedang bergejolak
pada masa sekarang adalah pencemaran udara.
Menurut
Wark & Warner (1981), pengertian pencemaran udara adlah hadirnya satu atau
lebih kontaminan di atmosfer pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat
atau cenderung menimbulkan pengaruh buruk pada manusia, hewan, tumbuhan dan
material serta dapat mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup. Menurut PP
no. 41, tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, definisi pencemaran
udara hádala “masuknya atau dimasukkannya
zat, energi dan atau componen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya”.
Masalah yang
dominan dan berpengaruh besar terhadap pencemaran udara adalah penggunaan
bahan-bahan bakar yang mengandung gas-gas, diantaranya gas NO2, SO2,
dan O3. Dalam usahanya untuk meningkatkan kualitas hidup, manusia
berupaya untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada agar
tercapainya kualitas hidup yang diinginkan (Anonim A, 2011).
Untuk mengetahui
tingkat pencemaran udara diperlukan program pemantauan kualitas udara dari
sumber emisi, sehingga dicapai tingkat pencemaran sesuai peraturan emisi udara
yang berlaku, agar mutu udara ambien tidak turun ke tingkat tertentu dan dapat
memenuhi fungsinya (Anonim A, 2011).
Pencemaran lingkungan dapat diartikan suatu
peristiwa penyebaran suatu zat dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan
seimbang pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga
menganggu kesejahteraan manusia. Salah satu pencemaran lingkungan yang sedang
bergejolak adalah pencemaran udara (Anonim A, 2011).
Perkiraan biasanya dampak yang terjadi
diprediksi dengan melihat hubungan statistik antara konsentrasi di udara ambien
dengan respons gangguan kesehatan berdasarkan stidi dosis respons. Oleh sebab
itu, pemantauan pencemar di udara ambien sangat penting untuk mengevaluasi
tingkat evaluasi yang terpajang pada reseptor. Data tersebut kemudian digunakan
untuk mengevaluasi dan mengestimasi besaran dampak kesehatan dan kerusakan
lingkungan yang disebabkan oleh pencemar tertentu (Anonim A, 2011).
Pengertian pencemaran
udara menurut Wark dan Warner (1981), adalah hadirnya satu atau lebih
kontaminan di atmosfer pada jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau
cenderung menimbulkan pengaruh buruk bagi manusia, hewan, tumbuhan dan material
serta dapat menganggu kenyamanan dan kesejahteraan hidup. Menurut PP NO 41,
tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, definisi pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya (Anonim A, 2011).
Terdapat 2 jenis pencemar yaitu
sebagai berikut:
1. Zat
pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam
konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut berasal dari komponen udara alamiah
seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu
yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
2. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia
berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar
komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat
dibagi lagi menjadi dua golongan besar:
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam
yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran
hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar yang dihasilkan
umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang
menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara lain adalah
kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran, seperti pembakaran
sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor,
dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu,
grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b.
Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda, semen,
keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah
debu, uap dan gas-gas.
c.
Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar
yang dihasilkan terutama adalah debu.
d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada
proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang
dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun
limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan
air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang terutama adalah gas H2S
yang menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses
fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan mineral, pembuatan keris,
dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu,
uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan
gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan
debu.
h. Proses
percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan
debu radioaktif.
Polutan udara umumnya berupa
partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, SOx,
H2S, Hidrokarbon, Timbal). Udara yang tercemar oleh polutan tersebut menimbulkan dampak yang berbeda
tingkatan dan jenisnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dampak pencemaran udara
adalah sebagai berikut: (Seinfeld, 1986)
-
Konsentrasi;
-
Waktu paparan;
-
Sensitivitas;
-
Faktor
lain dari lingkungan: kelembapan, temperatur, tekanan;
-
Interaksi antar pencemar.
Pencemaran udara mempengaruhi kesehatan manusia dan
hewan, kerusakan tanaman, tanah dan material, perubahan iklim, menurunkan
tingkat visibilitas dan penyinaran matahari, dan pengaruh lainnya. (De Nevers, Noel, 1995)
Sumber-sumber pencemaran udara, diantaranya
(Anonim B, 2011):
1. Sumber tetap (stationary source)
Sumber emisi
berada pada posisi tetap dari waktu ke waktu.
Contoh : asap
industri, misalnya emisi SO2
2. Sumber bergerak (mobile source)
Sumber
bergerak menghasilkan pencemar yang berpindah dari waktu ke waktu, seperti
alat-alat transportasi.
Contoh :
bahan bakar dari mobil, pesawat, kereta api, dsb.
3. Sumber alamiah (natural source)
Contoh : -
abu dari letusan gunung berapi ;
- angin yang meniup debu
dari tanah.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah:
- Pompa vakum berfungsi untuk menghisap udara ambien saat sampling;
- Tabung impinger yang berisi absorban berfungsi sebagai tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan penangkap;
- Tabung impinger yang berisi silica gel atau wool berfungsi sebagai tempat reaksi antara kontaminan udara yang berisi wool atau silica gel yang berguna sebagai penyaring partikulat yang masuk;
- Selang penghubung berfungsi untuk menghubungkan alat-alat impinger dengan flowmeter;
- Spektrofotometer berfungsi sebagai alat untuk mengukur absorbansi dari absorbat;
- Tabung film berfungsi untuk menyimpan absorban sebelum dan sesudah sampling;
- Kompas berfungsi untuk penentuan arah angin;
- Pocket weatherman berfungsi untuk mengukur kondisi meteorology seperti tekanan udara, suhu, dan kelembaban;
- Kuvet spektro sebagai alat untuk meletakkan absorban sebelum diukur dengan spektrofotometer;
- Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu;
- Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin;
- Pipet takar 10 ml berfungsi untuk memipet larutan atau zat;
- Bola hisap befungsi untuk menghisap zat atau larutan dengan bantuan pipet takar;
- Labu ukur 25 ml sebagai wadah untuk terjadinya reaksi;
- Tripod sebagai tempat kedudukan alat impinger;
- Flowmeter berfungsi untuk mengukur laju aliran udara;
- Kompor listrik berfungsi untuk memanaskan larutan.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah:
1.
Larutan absorban NO2;
2.
Larutan absorban SO2;
3.
Larutan absorban O3;
4.
Larutan absorban CO;
5.
Asam Sulfamat;
6.
Formaldehid;
7.
Pararosanilin;
8.
Indikator Amilum;
9.
Larutan Iodin 0,05 N;
3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Sebelum Praktikum
Disediakan 8 bguah botol yang
terdiri dari 4 buah botol untuk sampel dan 4 buah lagi untuk blangko.
Dimasukkan 10 ml larutan absorban CO, NO2, SO2 dan O3
ke dalam masing-masing botol. Kemudian diletakkan dan simpan di dalam kotak.
3.3.2 Saat Praktikum
1.
Disiapkan sumber arus listrik,
pastikan voltase alat sama dengan voltase sumber arus listrik;
2.
Dipasang tripod setinggi
1-1,5m sebagai tempat untuk meletakkan kotak impinger;
3.
Diisi tabung impinger
dengan larutan penyerap sesuai dengan parameter gas yang akan diukur;
4.
Dihidupkan
pompa vakum dan atur laju aliran udara yang dikehendaki;
5.
Sampling dilakukan selama 1
jam;
6.
Selesai batas waktu sampling
yang direncanakan, panel pompa vakum diatur ke posisi off;
7.
Masing-masing tabung impinger
yang berisi absorban dipindahkan ke dalam botol film dan diberi tanda sesuai
peruntukkannya serta disimpan dalam termos yang telah diisi batu es;
8.
Sampel
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
3.3.3
Setelah Praktikum
3.3.3.1 Sampel NO2
1. 10 ml sampel dimasukkan ke dalam kuvet;
2. Dimasukkan 10 ml larutan penyerap NO2
ke dalam kuvet;
3. Diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm;
4. Nilai absorban sampel yang terukur
diplotkan ke kurva kalibrasi NO2.
3.3.3.2 Sampel SO2
10 ml larutan penyerap + 1 ml
asam sulfamat, kemudian dikocok. Biarkan selama ± 10 menit. Kemudian
ditambahkan 2 ml formaldehyde dan 5
ml pararosanilin. Kocok sampai homogen, kemudian ukur dengan panjang gelombang
548 nm. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap sampel.
3.3.3.3 Sampel O3
10 ml larutan penyerap + 5 ml amilum dmasukkan ke dalam
labu ukur 25 ml., Dbiarkan ± 15 menit. Diencerkan sampai tanda batas. Kemudian ukur dengan panjang gelombang 352
nm. Perlakuan yang sama dilakukan terhadap sampel.
3.3.3.5 Sampel CO
10 ml larutan penyerap
dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml,
dipanaskan ± 10 menit atau hingga kekuningan, kemudian didinginkan. Perlakuan
yang sama dilakukan terhadap sampel.
3.4
Rumus
3.4.1 Sampel NO2
3.4.2 Sampel SO2
3.4.3
Sampel O3
3.4.4 Sampel CO
3.4.5 Konversi sampling menjadi 24 jam:
Dimana: C24 : konsentrasi partikulat selama 24 jam
(µg/m3/ppm)
C1 : konsentrasi partikulat selama 1 jam
(µg/m3/ppm)
t2 : waktu percobaan selama
1 jam (s)
t2 : waktu percobaan selama
24 jam (s)
p :
konversi canter (0,17-0,2)
artikel nya bagus nih, tapi rumus2 yang anda cantumkan tidak terlihat nih..
BalasHapusboleh minta softcopy nya sebelum di posting disini ga?
kirim ke a_whE@msn.com aja, terimakasih ya
saya akan menanggapi permintaan anda secepatnya, mohon cek email anda.
Hapusterima kasih
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterimakasih. sangat membantu sekali. dafpus ny mana?
BalasHapusmbak kirim kan rumusx dong alx skripsi saya berhubungan dengan artikel mbak
BalasHapusdi kirim di emailQ fitriana305@yahoo.com
postingan mbak sangat bagus nih.
BalasHapuskrbetulan tugas akhir saya berhubungan dg postingan mbak.
apa boleh saya meminta soft copynya?
rumus yg mbak posting gk terlihat ini.
file bisa dikirim ke email saya dzydea@gmail.com
terimakasih banyak atas bantuannya mbak. :)
iya nih mbak, saya juga perlu rumus-rumusnya
BalasHapusmohon bantuannya